Pesan ini hanya untukmu. Agar kamu tau betapa kamu telah menikamku,  dengan arti cinta yang sesungguhnya. Merasakan kekuatan yang kau bangun  sejak dalam rahimku. Menikmati setiap detak jantung kita, gerakan  liarmu, dan juga tendangan-tendangan yang kau hentakkan dengan kaki  kecilmu dalam perutku, hanya untuk menggodaku pada waktu yang tak  terduga. Waktu seolah tak terhitung lagi. Yang kurasakan hanya indahnya  kebersamaan kita, hingga kamu tak sabar untuk mengakhirinya. Aku tau,  kamu tak mungkin tinggal disana lebih dari waktu itu. Dan aku pun  menyadari, kamu bukan aku. Kamu akan menjalani seluruh putaran waktu  kehidupanmu sendiri. Dia menitipkannya padaku, dan aku sungguh bahagia  dengan kesempatan itu. Tak kan ada yang tau mengapa aku terpilih, dan  tak semestinya kesempatan itu kupertanyakan. Biarlah misteri itu menjadi  bagian rahasia alam milikNya. Sesungguhnya kebahagiaanku telah genap.  Sejak kamu meronta dalam perjuanganmu, aku bersamamu. Begitu  mencemaskannya detik-detik itu. Ajal seperti batas antara kita. Menanti  kesempatan untuk menunjukkan dirinya. Namun kita tak terbendung, karena  ikatan cinta kita telah menepisnya. Seiring jeritanku dan tangis  pertamamu, kita menaklukkan ajal itu untuk sementara, dan menyambut  benih kehidupan karuniaNya. Dalam letih kukecup kamu, dan senyum  pertamaku untukmu kaubalas isak kecilmu. Betapa merdunya itu. Nada-nada  kehidupan telah kita ciptakan bersama, dengan banyak peristiwa indah dan  cobaan. Saat pertama kakimu melangkah, saat gigimu tumbuh, saat  pubertasmu tiba. Kusimpan tangisku saat kau terjatuh, karena aku ingin  kamu bangkit dengan tawa. Kupendam kekuatiran itu saat lambaianmu  bersama teman sekolahmu, karena aku ingin duniamu terbuka. Kubiarkan  airmataku mengalir saat kau tak kunjung pulang, dan segera kuseka serta  kuganti senyum setiaku ketika akhirnya kau berdiri di depan pintu.  Ingatkah saat kau bertanya,”ada apa mama?” dan hanya kecupan dikeningmu  sebagai jawabnya. Itupun cukup buatmu. Hingga kamu bertumbuh dan  berlayar dengan perahu hidupmu. Ketika perahumu berlalu, aku merenungi  kekuranganku. Akupun seperti kamu, sayang... Sebentuk jiwa yang dapat  rapuh. Seujud tubuh yang juga tak selalu sehat. Dalam sakitpun aku  menangis diam. Tak kan kubagi sakit itu. Mengertilah jika aku tak mau  kau manjakan, apalagi dengan kemewahan. Yang kumau hanya kesabaranmu  jika aku mengeluh. Karena ini bukan salahmu. Kini aku harus pergi,  meskipun aku masih ingin diam dalam ruang kecil ini. Telah kutinggalkan  seluruh pesan yang belum kusampaikan padamu, untuk kautemukan nanti. Dia  sudah memanggilku, dan tak semestinya panggilan itu juga kupertanyakan.  Maafkan aku, anak-anakku...Jika aku tak lagi disampingmu saat kamu  mengarungi samudra itu.
Dari aku yang sangat mencintaimu,
Mama.
from : kaskus.us
IBU :')
09.02 | 
		        
Read User's Comments(1)
Langganan:
Komentar (Atom)





