haphiz_rakuen. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Good Bad Days


Di suatu Ahad yang panas. Ria, Siswa SMP kelas 1, ingin pergi ke rumah Via. Ia bergegas untuk mandi, selesai mandi ia keluar dari kamar mandi, tak lupa sebelumnya ia mengenakan pakaiannya. Setelah berdandan, ia bergegas menuju garasi. Tempat dimana BMW-nya (Bebek Merah Warnanya)ia simpan.

"Wah panas banget cuacanya, gapapa deh", ujar Ria.

*bremmm breeemmmm*

Akhirnya Ria kendarai motornya menuju rumah Via. Tak lama kemudian sampailah ia di depan rumah Via. Ia mulai mengetuk pintu Via. Namun yang muncul bukan Via, tapi ibunya Via.

"Assalamu'alaikum. Vianya ada bu?", tanya Ria.

"Ada kok, itu baru mulai mandi. Tunggu dulu ya", jawab Ibu Via.

"Oke bu", balas Ria.

20 Menit berlalu.
Ria ternyata sudah lumutan.

"Lama benar mandinya. Mana panas gini nunggunya. Bad day~ bad day~", geram Ria.

Akhirnya, tak lama kemudian Via muncul sambil cengengesan.

"Hai Ria, lama ya nunggunya?", tanya Via dengan bahagia.

"ga kok", jawab Ria dengan suram.

Ternyata Ria ke rumah Via untuk mengajak Via pergi ke rumah si Zai. Akhirnya mereka berdua segera bergegas ke rumah Zai. Rumah Zai juga tidak terlalu jauh. Masih dalam 1 kabupaten. Sesampainya di rumah Zai, Via mengetuk pintu. Bukan Zai yang muncul, tapi ibunya.

"Zai ada bu?", tanya Via.

"Wah, Zai nya sedang ikut olimpiade matematika", jawab Ibu Zai.

"Owh gitu ya bu, kalau gitu permisi bu", pamit Via.

Via kembali menuju Ria dan menceritakan apa yang terjadi.

"Jiaah, another bad situation in the bad day~", gumam Ria.

"Yaudah, kita ke rumah Nia aja", ajak Via.

Ria mengiyakan dan langsung meluncur ke rumah Nia. Karena rumahnya juga ga begitu jauh akhirnya mereka sampai di rumah Nia. Namun, Nia ternyata juga sedang di luar kota, di rumah neneknya.

Ria semakin kesal karena kembali gagal bertemu dengan temannya. Ia lantas bingung mau kemana dan mau apa. Akhirnya Ria mengajak Via ke warnet buat melepas kepenatan di hari buruk ini.

Setelah tancap gas ke warnet langganannya dan sampai di sana, ia merasa ada yang aneh. Warnet terasa sepi dan tidak ada tanda kehidupan di sana. Karena penasaran ia turun dari motornya dan memeriksa apa yang sebenarnya terjadi di sana.

Di kaca warnet terdapat tulisan "Maaf sedang mati listrik". Ria lemas.

"Ya Allah, hari apa sih ini? Suram sekali nasibku hari ini", Ria begitu sedih.

"Sudah, pulang aja yuk", Via mengajak pulang.

Akhirnya mereka kembali menunggangi kuda besi mereka. Ria mengendarai motornya secara perlahan dan santai. Aura suram menyelimuti mereka berdua. Saking suramnya, setiap pohon yang ia lewati langsung mengering daun-daunnya. Efek kesuraman yang begitu luar biasa.

Di sebuah tikungan, malapetaka kembali menghinggapi mereka. Motornya tiba-tiba tidak mau diajak berlari lagi. Akhirnya mesin motornya mati. Ria pasrah. Ini benar-benar hari terburuk. Kesialan datang bertubi-tubi. Semula Ria ingin menuntun motornya menuju rumah Via. Tapi...

"Hai Ria, kenapa dengan motormu?", teriak seorang cowok di pinggir jalan.

Ria kaget. Dia siapa? Setelah agak lama berfikir, akhirnya dia tau kalau cowok itu saudaranya.

"Ini mas, kehabisan bensin. Padahal mau nganterin Via pulang", jawab Ria dengan penuh harap dapat bantuan.

Akhirnya saudara Ria meminjamkan motornya agar bisa mengantar pulang Via. Ria bersyukur karena mendapat bantuan dari saudaranya.

Ria akhirnya paham akan hikmah dari sebuah petualangan singkat dan penuh tantangan ini. Di balik kesulitan yang ia alami, akan ada kemudahan yang siap membantu dia.

Petualangan seorang anak yang masih kelas 1 SMP. Keberanian yang terbayar lunas dengan pengalaman di awal hidupnya sebagai seorang remaja. Salah satu 'Good Bad Days' yang ia miliki.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ini Ceritaku

"Lapar", tulis Hafiz di twitternya.
Ia memang suka sekali menulis kata tabu itu di twitter. Hal ini tentu saja sesuai dengan perawakannya yang gendut. Ya, gendut yang selalu diidentikkan dengan "tukang makan" atau "jago makan" atau kata-kata indah yang lain. Well, buat Hafiz itu sudah terbiasa, sudah menjadi santapan sehari-hari ungkapan-ungkapan tersebut. (bahkan ungkapan saja disantap olehnya).

"Aku pulang", seru Hafiz ketika sampai pulang.

Hafiz termangu karena tidak ada jawaban. Ternyata bapaknya sedang tidak ada di rumah, mungkin sedang rapat. Kakak pertamanya mungkin langsung tertidur ketika mendengar suara hafiz. Kakak perempuannya mungkin belum pulang dari kuliahnya.

"Wiw, horor bener rumah ini. Tidak ada tanda-tanda kehidupan", Hafiz bergumam.
"Ah, sudahlah.. sudah lapar banget.. Mana perut keempat-empatnya sudah kosong..", ucap Hafiz dalam hati sambil membayangkan dirinya sebagai sapi. Sapi metal tentunya, karena dia suka lagu metal.

Setelah ganti baju dan celana di kamar, Hafiz bergegas ke dapur. Tempat favoritnya di rumah, meski WC juga jadi tempat favoritnya. Misi dimulai. Hafiz dengan seksama dan konsentrasi tinggi mencari-cari apa yang ia cari. Beberapa menit berselang dia belum menemukan apa yang ia cari. Ia berulang kali mengulanginya, namun hasilnya tetap nihil.

"Wow, bagaimana rumah ini ada tanda kehidupan kalau makanan saja tidak ada", ucap Hafiz dengan perasaan sedih.

Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti mencari makanan. Akhirnya ia berinisiatif untuk memasak sendiri makanannya. Ia mengambil bahan-bahan di dalam kulkas. Dari sayuran hijau hingga telur ayam. Sedangkan bumbunya sendiri sudah ada di dapur.

Dengan tehnik yang memukau, Ia mulai mengirisi sayuran menggunakan pisaunya yang setajam silet, dan meracik bumbunya. Setelah semua siap, iya mulai menyalakan kompor. Setelah itu ia menaruh panci di atas kompor tersebut. Ia masukan segala bahan yang telah ia persiapkan. Tak lama berselang, ia masukan telur ayamnya lalu ia aduk hingga rata.

Beberapa menit kemudian masakan Hafiz telah matang. Dengan mata berbinar-binar ia menatap hasil masakannya tersebut. Dengan hati gembira dia membawa masakannya ke tempat ia akan makan.

"Alhamudillah... Masakanku sudah jadi.. Mie Goreng spesial dengan telur ayam... ", teriak Hafiz dengan penuh rasa lapar di perutnya.

"Ittadakimasu.......", kata terakhir darinya sebelum memangsa masakannya.

"Ini ceritaku! Aku tidak mau baca ceritamu!", bentak Hafiz.

Flash Fiction bertema lagu YUI berjudul Cooking. #YUI17Melodies

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat dari Ibu

Di sebuah desa, hiduplah seorang gadis kecil bernama Afika. Afika berumur 7 tahun. Ia tinggal berdua dengan ibunya. Sang ibu hidup bersama dengan anaknya yang bernama Afika. Ibunya saat itu berusia 30 tahun. Itu artinya, Afika lahir ketika Ibunya berusia 23 tahun.

Pada suatu sore, Afika meminta sesuatu kepada Ibunya.
"Ibu...Ibu... Ajarkan Afika naik sepeda ya", rengek Afika.

"Haduh Afika, tidak bisa...", jawab Ibu.

"Kenapa tidak bisa, Bu?", tanya Afika.

"...", sang Ibu terdiam.

Afika menunggu jawaban, namun sang Ibu tetap tidak menjawab. Afika bingung. Afika heran. Afika terdiam dalam kebingungan dan keheranan. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak. Namun, pikiran negatif tersebut langsung bisa dihilangkan olehnya.

Beberapa hari berikutnya, Afika duduk di depan layar televisi. Acara anak-anak sering sekali diputar ketika itu. Salah satunya acara yang menampilkan permainan boneka tangan.

"Ibu..Ibu... Ajarin main boneka tangan ya", harap Afika.

"Haduh, tidak bisa Afika", jawab Ibu.

"Kenapa tidak bisa, Bu?", tanya Afika.

"..."

Lagi-lagi Ibu terdiam, tidak menjawab pertanyaan Afika. Afika geram. Ia merasa tidak disayang oleh ibunya. Akhirnya Afika berdiam diri di kamar. Afika cemberut. Ia duduk di dekat jendela sambil memakan biskuit bundar kesukaannya.

10 tahun berlalu...

Afika telah tumbuh menjadi seorang gadis yang dewasa, cantik, dan putih. Rambutnya panjang, terurai dengan indahnya. Ia kini hidup sendiri. Ibunya meninggal setahun yang lalu karena sakit.

Siang itu begitu terik. Afika sedang berada di dalam rumah. Ternyata ia sedang membersihkan rumah. Ia berada di kamar ibunya. Tak sengaja ia menemukan sebuah amplop tua. Afika penasaran, lalu ia membukanya. Afika terkejut, ternyata itu surat dari ibu buatnya. Isinya adalah sebagai berikut :

"Afika...

Ibu sayang sama Afika...
Jika engkau membaca surat ini, itu artinya ibu sudah tidak ada di dunia ini...

Afika...

Ibu sayang sama Afika...
Maafkan jika selama kita hidup bersama, banyak hal yang tidak sanggup ibu lakukan buat Afika...
Saat engkau ingin naik sepeda, saat engkau ingin bermain boneka tangan..
Ibu hanya terdiam, terdiam perasaan malu karena tidak mampu membelikan dan mengajarkanmu..
Sungguh ada keinginan untuk mengabulkan permintaanmu.. namun, ternyata tetap tidak mampu..
Karena, Ibu pikir saat itu kebutuhan makan dan sekolahmu jauh lebih penting..

Afika..
Maaf telah meninggalkanmu sendirian..
Tapi, ibu yakin dalam dirimu tersimpan sebuah sikap kemandirian dan keberanian dalam menjalani hidup ini..
Aku percaya kepadamu, engkau akan menjadi seorang yang baik..

Salam hangat,

Ibu"

Kertas itu telah basah sekarang. Air mata Afika berjatuhan tanpa henti. Afika malu kepada Ibunya. Afika menyesal karena dulu telah berpikir yang tidak-tidak. Tertunduk lesu sesenggukan.

Jadi, apa pun yang aku pikirkan waktu itu tidaklah benar. Ibu tidak mengajarkan aku bukan berarti ibu tidak menyayangiku. Maaf ibu telah terlalu menuntut.

Afika keluar menuju bawah pohon. Afika memasang Headsetnya di telinga. Ia memutar lagu YUI - to Mother. Sambil merebahkan diri menatap langit. Iya menutup mata, sedikit air mata masih mengalir di kedua sisi matanya. "Ibu, maafkan aku. Semoga Ibu tenang di surga. Aamiin", doa Afika.

Flash Fiction bertema judul lagu YUI, to Mother. #YUI17Melodies

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ngesot Vertikal

"huaaaaaaaaaaahhh....."
"aaaaargghh......"
Suara semacam tersiksa yang terus terdengar dari Chacha. Tersiksa akibat cuaca panas yang tengah melanda. Berbagai cara ia lakukan untuk keluar dari penderitaannya. Dari kipas sate yang diambil dari tukang sate langsung, kipas angin yang diambil dari wind tunnel (oke, ini lebay), dan AC yang ia ingin pasang di kamarnya namun tidak terealisasi karena ia sadar kalau AC itu mahal.

Chacha menikmati hari minggu nya dengan penuh peluh di tubuhnya. Bukan karena ia sedang kecapaian jalan-jalan, tapi karena panasnya cuaca yang 'jalan-jalan' di sekitarnya. Siksaan itu sebenarnya sudah melanda sejak sabtu malam (sengaja menghindari kata malam minggu). Ditinggal sendirian di rumah oleh orang tua dan adiknya yang pergi ke pantai (entah untuk apa malam malam pergi ke pantai).

Bosan kepanasan terus, akhirnya Chacha iseng menyalakan laptopnya. Ia kemudian iseng memegang mousenya. Ia kemudian iseng mengklik tombol start. Ia lagi-lagi iseng membuka windows explorer. Sesaat kemudian ia mendadak bingung.

"Mau iseng apalagi nih?", gumamnya. Kedua matanya iseng membaca sebuah folder bertuliskan 'YUI'.

"Owh iya, gue kan YUI Lovers. Mending nonton PV nya YUI aja", teriak Chacha dengan lirih.

Setelah lama mencari apa yang ingin ia tonton, akhirnya dia membuka PV YUI - Summer Song.

"Cocok sekali ini dengan cuaca saat ini, panas", hardiknya.

"Natsu ga kuru kara umi e ikou yo. Chotto dake tachi tomatte mayou hi mo aru kedo. Hekomu mainichi torimodosu hibi kimi ni atte waraiatte. Hajimaru yo natsu yasumi lan la lan la~" kalimat yang keluar dari mulut Chacha yang seksi itu.

Tak lama kemudian, suara isak tangis terdengar. Chacha menangis. Chacha sadar, lagu dan PV itu justru mengingatkannya kembali bahwa ia ditinggal orang tua sama adiknya ke pantai.

"Argh~ kenapa mereka tega meninggalkanku?", Chacha geram. "Sedih..hiks..hiks.."

Chacha beranjak dari depan laptop. Ia berjalan menuju ke belakang rumah. Teringat lagu Summer Song tadi, ia menemukan sebuah Sumur kosong. "Owh iya, aku lupa kalau ada Sumur kosong di belakang rumah". Chacha menyeringai. Dia berjalan menuju sumur tersebut. "Pasti adem deh kalau berendam di sumur...hihihi..", Chacha sumringah. Tanpa pikir panjang Chacha langsung terjun ke dalam sumur.

"Gedebug....!!" (lho kok bukan "byuuuur"?)

"...ss...ss....sssaaaaaakiiiitt maaaaaa~", teriak Chacha.

"Sial, sumur ini benar-benar kosong.. kosong, bahkan tak ada airnya...", ujar Chacha penuh keheranan.

Kesialan Chacha tak sampai di situ. Dia sadar kalau di sumur ga ada tangganya, apalagi lift. Dia teriak, namun hal itu sia-sia karena tidak ada yang mendengar.
Susah payah ia memanjat. Dia ngesot secara vertikal. Kuku-kuku tangannya ia tancapkan ke dinding-dinding sumur. Menegangkan dan pasti itu sakit. Namun usahanya tak sia-sia. Setelah 2 jam berjuang naik ke atas, ia akhirnya sampai di tepian sumur. Perlahan tangannya muncul, lalu kepalanya juga mulai terlihat.

"Sadakooooooooooo.................", teriak adiknya yang ternyata sudah sampai rumah ketika melihat Chacha muncul dari sumur.

"Bukan wooooi, ini gue bego....", jawab Chacha kesal.
Akhirnya Adiknya membantu Chacha.

Chacha selamat, hanya beberapa tulang tangan dan kakinya patah. Chacha akhirnya dibawa ke rumah sakit. Dia opname selama sebulan. Keluarga begitu sedih melihat kondisi Chacha yang penuh dengan balutan perban dari sutra.

Namun, Chacha justru bahagia. Bukan karena keluarganya yang akhirnya peduli padanya. Tapi karena Chacha akhirnya bisa merasakan kesejukan AC yang terdapat di kamar rumah sakit tersebut. Akhirnya Chacha tidak kepanasan lagi. Chacha bahagia.

Flash Fiction dengan tema judul lagu YUI, Summer Song, #YUI17Melodies

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Beda Dunia, Beda Dimensi

Semakin lama semakin mengerikan..
Apa sih yang mengganggu?
Kenapa tak menampakkan saja dirimu...
Apakah engkau akan selalu bersembunyi dariku?
Seperti apa dirimu?
Engkau menjadi misteri bagiku...

Beda dunia?
Dunia manusia dengan duniamu, yang entah kamu itu apa..
seberapa besar perbedaan dunia kita?
Dimensi kita...
Dengan logika sungguh sulit ku mencernanya...

Tak usah malu-malu...
Tak usah takut...
Tak usah sungkan...
Tak usah ragu...

Mungkin nantinya justru aku yang malu-malu...
Mungkin nantinya justru aku yang takut...
Mungkin nantinya justru aku yang sungkan...
Mungkin nantinya justru aku yang ragu...

Berilah tanda...
Perlahan-lahan...
Jangan melakukannya secara tiba-tiba...
Karena itu mengagetkanku...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS